Budaya merupakan sesuatu yang masih kental di Pulau Madura. Di
pulau ini budaya masih sangat dijaga dan dilestarikan. Salah satu budaya dari
pulau Madura yang sangat terkenal ialah Karapan Sapi. Kekentalan budaya masyarakat
Madura juga dapat dirasakan di desa Dapenda. Terdapat budaya yang masih terjaga
dan masih dilakukan sampai saat ini oleh masyarakat Dapenda. Budaya tersebut
bernama Saronen. Saronen seyogyanya adalah musik rakyat yang tumbuh berkembang
di masyarakat Madura. Saronen berasal dari bahasa Madura “sennennan” ang
berarti Hari Senin pada zaman dahulu. Pada ratusan tahun silam, seorang Kyai
Khatib Sendang, yang merupakan cicit dari Sunan Kudus, bertempat tinggal di
Desa Sendang Kecamatan Pragaan menggunakan musik ini sebagai media dakwah dalam
mensyiarkan Agama Islam. Konon setiap hari pasaran yang jatuh pada setiap hari
senin, Kyai Khatib Sendang dan para pengikutnya menghibur pengunjung pasar
disertai penari berpakaian ala badut. Setelah para pengunjung pasar pada
berkumpul, mulailah Kyai Khatib Sendang berdakwah memberi pemaparan tentang
Islam dan kritik sosial. Gaya dakwah yang kocak humoris tetapi mampu
menggetarkan hati pengujung membuat masyarakat yang hadir tertarik langsung
minta baiat masuk Islam. Namun seiring dengan berjalannya waktu kesenian musik
saronen berubah fungsi untuk menghibur warga dalam kegiatan tertentu.
Seperti halnya di Desa Dapenda, Saronen digunakan oleh masyarakat
untuk mengiringi prosesi sakral seperti saat melaksanakan perkawinan. Kesenian
Saronen dilakukan pada saat prosesi perkawinan untuk mengarak mempelai pria
berkeliling desa menuju kerumah mempelai wanita. Proses arak-arakan ini
dilakukan dengan sang mempelai pria dengan mengenakan pakaian adat Madura
ataupun Jawa Timur dengan menunggangi kuda. Ia didampingi oleh keluarga dan
diiringi dengan paduan musik saronen. Harmonisasi yang dinamis, rancak, dan
bertema keriangan yang dihasilkan oleh kesenian musik saronen berasal dari
beberapa jenis alat musik diantaranya saronen, gong besar, kempul, kenong,
korca, gendang besar dan gendang kecil. Bunyi yang dihasilkan memang dipadukan
dan disesuaikan dengan karakter dan identitas masyarakat Madura yang tegas,
polos, dan sangat terbuka mengilhami penciptanya.
Pengiring musik saronen juga menggunakan pakaian khas yang sangat
mencolok. Mereka sesekali menggerakkan tubuh mengikuti irama musik. Beberapa kesempatan
salah satu dari mereka yang berada di barisan depan pengiring musik melakukan
atraksi silat. Hal ini tentunya sangat menarik perhatian warga yang hendak
melintas di jalan atau memang berniat untuk menontonnya. Warga sekitarpun
sepertinya tidak ingin melewatan momen arak-arakan pengantin yang diiringi
dengan kesenian musik saronen ini.
ConversionConversion EmoticonEmoticon